Tiada hari tanpa pengharapan, tiada hari tanpa
berdoa memohon kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang, begitu pula
ketika tahun lalu 2015, kala Indonesia di sapa dengan kabut asap berbulan-bulan
lamanya bahkan Indonesia harus siap siaga akan bencana kabut asap yang berimbas
bukan hanya Indonesia melainkan beberapa Negara tertangga pun terganggu akan
kabut asap tersebut, segala aktivitas terhambat kala itu.
Berakhirnya tahun 2015 pastilah ada suatu secercah
harapan untuk terhindar dari segala musibah namun takdir berkata lain untuk
saat ini, saat ini Indonesia terkhususnya Pulau Sumatera kembali lagi di sapa,
musibah banjir bandang yang terjadi saat ini begitu mendadak, seperti yang kita
ketahui banjir bandang tak kenal waktu, tak kenal pemberitahuan, tak kenal
waspada, banjir bandang terjadi
dalam waktu yang sangat cepat seolah-olah tanpa peringatan dan berbeda dengan
banjir biasa, dimana permukaan air naik secara perlahan-lahan, hal inilah yang
terjadi di Pulau Sumatera.
Pulau Sumatera yang berada dibagian
barat Indonesia ini sedang mengalami musibah banjir bandang yang melumpuhkan
pulau sumatera, lalu lintas terhambat, banjir dimana-mana bahkan korban jiwa
pun berjatuhan, tangisan dimana-mana, keinginan untuk kehidupan lebih baik
sirna kala musibah menyapa. Banjir bandang dialami hampir di seluruh wilayah
Sumatera.
Akibat banjir bandang
ini mengharuskan masyarakat untuk mengungsi mencari tempat yang layak untuk di
tempati sementara hingga banjir surut, mulainya penyakit ketika banjir pun
pasti akan bermunculan, belum lagi korban jiwa akibat banjir yang begitu
mendadak, tidak hanya korban jiwa namun harta benda pun rusak kala dibawa
banjir, semua terganggu aktivitas kehidupan terhambat namun siapa yang mampu
menampikan ketika musibah memang akan menyapa, sungguh pilu jika mengingat
musibah terus menerus hadir membayangi kehidupan kita, musibah tiada yang tahu.
Untuk itulah sebagai
bagian dari Indonesia sudah sepatutnya kita saling bahu membahu menjaga
kehidupan, minimal dari tindakan sehari-hari untuk tidak membuang sampah
sembarangan atau bahkan kerjabakti untuk menjaga lingkungan, bukankah ada
pepatah mengatakan kebersihan sebagian dari iman, maka jika memang iman ku
bersih kebersihan pun pasti turut dijaga, bahkan ketika sudah di sapa pun
pemerintah harus membuka mata mengutip perkataan Konferensi Dunia “Sesuai
dengan deklarasi Hyogo yang
ditetapkan pada Konferensi Dunia tentang
Pengurangan Bencana, di Kobe, Jepang, pertengahan Januari 2005 yang lalu. Berbunyi : “Negara-negara mempunyai tanggung jawab utama untuk melindungi
orang-orang dan harta benda yang berada dalam wilayah kewenangan dan dari
ancaman dengan memberikan prioritas yang tinggi kepada pengurangan resiko
bencana dalam kebijakan nasional, sesuai dengan kemampuan mereka dan sumber
daya yang tersedia kepada mereka”. Dan sesuai dengan pasal 6 UU No.24 Tahun
2007 mengenai penangulangan pasca bencana.
Oleh karena itu, pemerintah
pun tidak dapat tutup mata, kita pun sebagai bagian dari Indonesia harus melek
harus buka mata lepaskanlah kacamatamu ketika melihat saudaramu mengalami
kesulitan, harus turun tangan. ,mari berikan bantuan karena bantuan itu bukan
hanya materi namun juga dukungan moriil, karena musibah bukan milik sendiri
walaupun tidak merasakan secara langsung namun hati akan terasa perih dan pilu
jika melihat musibah yang menimpa bangsa Indonesia, sehingga akan bermunculan berbagai
kegiatan tanggap bencana maka ikutlah turut andil dalam membantu sesama
saudara, karena inilah Indonesia yang akan selalu bahu membahu jika musibah dan
kesulitan itu hadir menyapa, Indonesia ku Indonesia tercinta.
Helmina
Mutia
Mahasiswa
Pendidikan Sosiologi 2013
Universitas
Negeri Jakarta