Minggu, 14 Februari 2016

Kala Sumatera di Sapa....





Tiada hari tanpa pengharapan, tiada hari tanpa berdoa memohon kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang, begitu pula ketika tahun lalu 2015, kala Indonesia di sapa dengan kabut asap berbulan-bulan lamanya bahkan Indonesia harus siap siaga akan bencana kabut asap yang berimbas bukan hanya Indonesia melainkan beberapa Negara tertangga pun terganggu akan kabut asap tersebut, segala aktivitas terhambat kala itu.
Berakhirnya tahun 2015 pastilah ada suatu secercah harapan untuk terhindar dari segala musibah namun takdir berkata lain untuk saat ini, saat ini Indonesia terkhususnya Pulau Sumatera kembali lagi di sapa, musibah banjir bandang yang terjadi saat ini begitu mendadak, seperti yang kita ketahui banjir bandang tak kenal waktu, tak kenal pemberitahuan, tak kenal waspada, banjir bandang terjadi dalam waktu yang sangat cepat seolah-olah tanpa peringatan dan berbeda dengan banjir biasa, dimana permukaan air naik secara perlahan-lahan, hal inilah yang terjadi di Pulau Sumatera.
Pulau Sumatera yang berada dibagian barat Indonesia ini sedang mengalami musibah banjir bandang yang melumpuhkan pulau sumatera, lalu lintas terhambat, banjir dimana-mana bahkan korban jiwa pun berjatuhan, tangisan dimana-mana, keinginan untuk kehidupan lebih baik sirna kala musibah menyapa. Banjir bandang dialami hampir di seluruh wilayah Sumatera.
Akibat banjir bandang ini mengharuskan masyarakat untuk mengungsi mencari tempat yang layak untuk di tempati sementara hingga banjir surut, mulainya penyakit ketika banjir pun pasti akan bermunculan, belum lagi korban jiwa akibat banjir yang begitu mendadak, tidak hanya korban jiwa namun harta benda pun rusak kala dibawa banjir, semua terganggu aktivitas kehidupan terhambat namun siapa yang mampu menampikan ketika musibah memang akan menyapa, sungguh pilu jika mengingat musibah terus menerus hadir membayangi kehidupan kita, musibah tiada yang tahu.

Untuk itulah sebagai bagian dari Indonesia sudah sepatutnya kita saling bahu membahu menjaga kehidupan, minimal dari tindakan sehari-hari untuk tidak membuang sampah sembarangan atau bahkan kerjabakti untuk menjaga lingkungan, bukankah ada pepatah mengatakan kebersihan sebagian dari iman, maka jika memang iman ku bersih kebersihan pun pasti turut dijaga, bahkan ketika sudah di sapa pun pemerintah harus membuka mata mengutip perkataan Konferensi Dunia “Sesuai dengan deklarasi Hyogo yang ditetapkan pada Konferensi Dunia tentang Pengurangan Bencana, di Kobe, Jepang, pertengahan Januari 2005 yang lalu. Berbunyi : “Negara-negara mempunyai tanggung jawab utama untuk melindungi orang-orang dan harta benda yang berada dalam wilayah kewenangan dan dari ancaman dengan memberikan prioritas yang tinggi kepada pengurangan resiko bencana dalam kebijakan nasional, sesuai dengan kemampuan mereka dan sumber daya yang tersedia kepada mereka”. Dan sesuai dengan pasal 6 UU No.24 Tahun 2007 mengenai penangulangan pasca bencana.

Oleh karena itu, pemerintah pun tidak dapat tutup mata, kita pun sebagai bagian dari Indonesia harus melek harus buka mata lepaskanlah kacamatamu ketika melihat saudaramu mengalami kesulitan, harus turun tangan. ,mari berikan bantuan karena bantuan itu bukan hanya materi namun juga dukungan moriil, karena musibah bukan milik sendiri walaupun tidak merasakan secara langsung namun hati akan terasa perih dan pilu jika melihat musibah yang menimpa bangsa Indonesia, sehingga akan bermunculan berbagai kegiatan tanggap bencana maka ikutlah turut andil dalam membantu sesama saudara, karena inilah Indonesia yang akan selalu bahu membahu jika musibah dan kesulitan itu hadir menyapa, Indonesia ku Indonesia tercinta.

                                               
                                    Helmina Mutia
                                                                                    Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2013
Universitas Negeri Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar