Sabtu, 13 September 2014

gambaran akan kota ku



Disudut kota ini aku berada, melihat berbagai kehidupan para masyarakatnya, disini lah aku melihat rumah-rumah yang hanya terhalang pembatas, rumah-rumah yang tak terhitung berapa banyaknya hingga masyarakatnya yang sudah pasti tak dapat terhitung, ini lah kondisi saat ini.
Masyarakat berbondong-bondong menuju kota besar untuk mendapatkan kehidupan yang layak tapi tak pelak nasib buruk menimpanya, bahkan ada sebuah lagu yang mengambarkan, “siapa suruh datang Jakarta, siapa suruh datang Jakarta” ya siapa suruh, tapi keyakinan dan keinginan mereka mengalahkan segalanya tapi apa daya masyarakat dan lowongan perkerjaan di kota ini tak sebanding, para sarjana pun susah mendapatkan perkerjaan yang layak sampai harus ke luar kota, tapi kalian yang tak tahu tingkat pendidikannya terus berkeinginan untuk mendatangi ibukota ini.
Sungguh kota ku ini sudah penuh bahkan jika diibaratkan dengan gelas terisi air ini airnya sudah tak terbendung, miris jika melihat kondisi ini rumah dimana-mana, lahan apapun jadi,  bantaran sungai pun dijadikan rumah, apakah layak? Bukan kah bantaran ini untuk pengairan menuju laut jika tersendat apakah tidak menimbulkan banjir? Itu lah salah satu penyebab kota ku ini menjadi kota langganan banjir, jika bogor dengan kota hujannya maka Jakarta dengan banjir dan kemacetannya.
Miris jika aku melihat Negara lain yang memiliki sungai yang bisa menjadi objek wisata dirawat dengan baik, tidak kotor, bisa menjadi tempat tinggal makhluk hidup, namun jika ku melihat kota ku ini, sungai banyak tapi tidak ada yang dapat dilihat kecuali sampah, bau limbah dan perumahan penduduk bantaran kali, akan kah terus seperti ini nasib kota ku?
Apalagi yang akan dibenahi dari kota ku ini, kemacetan, banjir apalagi yang akan diperbaiki? Sudah kota ku ini sudah cukup sesak akan padatnya manusia-manusia disini, cobalah berpikir bangunlah kotamu bangkitkanlah kota mu, daerah mu, desa mu, menjadi maju bukankah itu lebih baik, jujur aku rindu hamparan sawah, udara yang sejuk, air jenih mengalir, aku rindu suasana perdesaan tapi apalah daya inilah kehidupanku, tapi aku teringat ucapanku aku akan membangun daerah asalku, biarkanlah 18 tahun diriku hidup disini tapi keinginan terbesarku untukmu kampung halaman orang tuaku.
Boleh kah aku berharap satu hal, aku ingin kota ku ini dapat di bangga kan, kota ku yang penuh ragam budaya, ragam suku berbaur menjadi satu, ramah, sopan, toleransi inilah yang aku bangga kan dari kotaku, walau begitu banyak kekurangan tapi aku tetap mencoba menjadi generasi penerus bangsa yang peduli akan nasib bangsa, kota, daerahnya. Mulai lah dari dirimu sendiri, sosialisasikan kepada keluargamu, temanmu, dan para masyarakat lainnya, perubahan tak kan terjadi jika kita hanya berdiam diri menanti tanpa adanya tindakan untuk perubahan yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar