Akan
ada saat dimana kita harus memilih untuk menentukan siapakah pemimpin kita
selanjutnya tetap sama kah atau berganti wajah, saat itulah tepatkan hatimu
untuk memilih demi kebaikan kotamu, tak terasa sebentar lagi kota tercinta ini
kota banjir dan kemacetan ini akan menganti pemimpinnya, taukah kamu kota apa
yang ku bahas, kota Jakarta yang “katanya” ibukota Indonesia. Kota ini menjadi
pusat segala pusat perkembangan, bagaimana tidak segala bentuk pemerintahan ada
di kotaku ini.
Kota
Jakarta ini memiliki dua polemik yang sudah mendarah daging setiap tahun bahkan
harinya, bagaimana tidak tengoklah kota Jakarta kala malam dan pagi hari,
ribuan warga berbondong-bondong memadati segala angkutan kota, bahkan
jalananmun tak dapat berkutik, jika aspal jalanan itu dapat berkata mungkin dia
sudah lelah dengan ribuan kendaraan yang memadati kota ini setiap harinya tanpa
henti. Itu lah kemacetan kota ini, lain halnya kala musim hujan menyapa, kita
akan melihat kota ini tak dapat menampung berapa ratus kubik air yang meluap ke
daratan hingga mengakibatkan “mati suri” kehidupan kota ini. Inilah kota Jakarta
dengan dua ciri khasnya kemacetan dan banjir.
Dan
saat ini kota ini akan menganti pemimpin, menganti kepala menganti nahkoda,
namun masih sama kah atau berganti wajah, dan siapkah kamu warga Jakarta untuk
memilih pemimpin yang tepat untuk memperbaiki kota ini. Setiap pemilihan akan
ada dimana kampanye yang selalu menawarkan berbagai janji guna memenangkan
dirinya untuk menjadi pemimpin, hingga masyarakat pun mencapai titik jenuh dengan
ungkapan “janji hanya sekedar janji, janji palsu tepatnya” inilah yang mengambarkan
setiap ukiran cerita kala kampanye.
Tetapi
siapkah dirimu memilih bukankah satu suaramu akan sangat penting nantinya, untukmu
kelak yang akan memimpin kota ini, ungkapkan kejujuran kala kampanye,
hentikanlah serangan fajar yang selalu terjadi hingga ku bosan mendengarnya,
evaluasi kinerja pemimpin sebelumnya bukan membuat kebijakan baru yang “nyeleneh”,
karena semua hal perlu di evaluasi di uji dan diperbaiki bukan untuk membentuk
hal baru. Pemimpin itu berat dalam mengemban amanah. Jadi untukmu kelak
pemimpinku, amanahlah dirimu karena menjaga kepercayaan ribuan rakyat yang
memimpinmu itu penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar