Pandangan mengenai kesetaraan gender begitu kental
akan gerakan feminism, bahkan istilah gender pun berasal dari para feminis,
jika menurut penulis buku Cultural Studies Chris Barker beranggapan bahwa
subordinasi kepada perempuan terjadi dalam semua institusi, baik sosial maupun
prakter institusi, oleh karena itu pensubordinasian terhadap perempuan dianggap
struktural maka di gambarkan sebagai patriarki, budaya patriarki sendiri begitu
kental di Indonesia, budaya patriarki merupakan sebuah gambaran sistem dimana
menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam sebuah
organisasi sosial.
Di Negara Indonesia sendiri, memperlihatkan mengenai
kedudukan seorang laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, jika kita
menguak sejarah menjelaskan bahwa laki-laki diperbolehkan meneruskan pendidikan
sedangkan perempuan tidak boleh karena ujung-ujungnya akan Dapur, Kasur, Sumur,
sehingga perempuan kurang mendapatkan pendidikan, lalu muncullah gerakan
emansipasi perempuan yang digagas oleh Raden Ajeng Kartini, dalam hal ini
sebenarnya menuntut hak perempuan dalam dunia pendidikan, bagaimana perempuan
dapat menjadi role model dalam sosialisasi primer di keluarga jikalau perempuan
tidak mampu memberikan pemahaman mengenai pembelajaran pendidikan, sehingga
penting perempuan dalam menempuh pendidikan.
Walaupun dalam gambaran sejarah bahwa perempuan kaum
termarginalkan namun paradigma terus terhegomoni hingga sekarang sehingga
perempuan selalu dianggap kaum lemah, namun inilah faktanya bahwa seberapa kuat
gerakan feminism di Indonesia namun budaya patriarki yang sudah dipegang erat
oleh masyarakat Indonesia susah untuk dihilangkan. Walaupun perempuan saat ini
sudah dapat menempuh pendidikan dengan bebas namun kembali lagi jika sudah
berumah tangga harus dapat membagi peran, sebenarnya bias gender seperti ini
muncul karena kontruksi masyarakat itu sendiri, misalkan pada zaman dulu
perempuan menempati Kamar, Kasur dan Dapur namun sekarang di bidang politik pun
30% membutuhkan posisi perempuan dalam setiap Partai Politik.
Budaya patriarki akan terus ada selama masyarakat
yang terus mengkontruksi mengenai status dan peran itu sendiri, sebagai
analisis pada sebuah lagu Aku Cuma Punya Hati, di dalam lagu tersebut di setiap
bait syair lagu mengambarkan bahwa perempuan adalah kaum yang lemah, bagaimana
tidak, ditinggalkan dia diam, di sakiti dia diam dengan alasan bahwa perempuan
punya hati, sehingga tergambarkan dalam benak masyarkat khususnya remaja saat
ini mengimplementasikan bahwa perempuan pakai perasaan sedangkan laki-laki
mengunakan logika, dan terus berlanjut sehingga gerakan-gerakan untuk menaikan
derajat perempuan akan tergusur jikalau pengunaan hal yang “in” untuk kembali
mendoktrin masyarakat.
Bahkan
dari kecil pun anak-anak sudah di doktrin melalui beberapa film Disney, yang
mana mengambarkan bahwa perempuan lemah, perempuan menjual tubuhnya untuk
kepentingan, bahkan perempuan tidak punya pendirian, sedangkan kaum pria
digambarkan kuat, berpendirian, hal-hal kecil seperti inilah yang perlu
diperjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki pada dasarnya setara namun pada
peran-peran yang sesuai, seperti halnya agama islam menjelaskan dalam Al-Qur’an
bahwa secara umum dalam setiap ayatnya telah membicarakan mengenai hubungan
gender, hubungan antara laki-laki dan perempuan serta hak-hak mereka dalam
konsepsi yang bersifat adil.
Al Qur’an dalam agama islam dipandang sebagai
pedoman hidup sehingga segala sesuatu berpayung dalam Al Qur’an dan Hadist,
dalam permasalahan gender diperjelaskan dalam Qs. An-Nisa yang memandang perempuan sebagai
makhluk yang mulia dan harus di hormati, yang pada satu waktu masyarakat
Arab sangat tidak menghiraukan nasib mereka. Pada ayat Pertama Surat An-Nisaa
menjelaskan bahwa Allah telah menyamakan kedudukan laki-laki dan perempuan
sebagai hamba dan Makhluk Allah yang masing-masing jika beramal soleh akan
diberikan pahala sesuai dengan amalnya, kedua-duanya diciptakan mela;ui jiwa
yang satu, yang mengisyaratkan bahwa tidak ada perbedaan, yang membedakan
adalah Amal ibadah. Walaupun menyetarakan namun Islam tetap membagi masing-masing fungsi dan tugas, Tanpa itu, dunia, bahkan
alam ini akan berhenti dan hancur. Oleh karenanya, sebagai hikmah dari
Allah untuk menciptakan dua pasang manusia yang berbeda, bukan hanya pada
bentuk dan postur tubuh serta jenis kelaminnya saja, akan tetapi juga pada
emosional dan komposisi kimia dalam tubuh.
Sehingga kesetaraan gender hanya konstruksi dari masyarakat itu
sendiri, dan akan sulit diterapkan di Indonesia yang mana masyarakatnya kental
akan budaya patriarki yang telah mendarah daging, jadikanlah dirimu laki-laki
dan perempuan sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing.